Sisingaan merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat Jawa Barat, khas Subang berupa keterampilan memainkan tandu patung kepala singa yang didekorasi berwarna-warni dan diusung oleh beberapa orang. Pertunjukan ini sering disajikan sebagai bagian dari upacara sunatan atau upacara lainnya dalam bentuk arak-arakan. Sisingaan biasanya ditampilkan dalam dua bentuk yang berbeda. Warga Subang menamakannya sebagai singa pergosi dan singa buhun.Pada atraksi sisingaan, sepasang anak kecil dengan memakai baju adat Sunda dinaikkan keatas sepasang tandu singa, yang diusung oleh empat orang pengarak. Atraksi dilakukan dengan berputar-putar, ataupun maju mundur dan bergerak terus mengelilingi kampung, desa, atau jalanan kota sampai akhirnya kembali ke tempat semula.

Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda, Bangkaret, Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael, Mincid, Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat jungjung, Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan Kakapalan. Sebagai seni Helaran, Di dalam perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis,.

Gerakan-gerakannya semacam jurus-jurus silat ditampilkan dipadu dengan gerakan jaipongan, tarian khas Jawa Barat. Atraksi sisingan memadukan tiga unsur seni utama. Yaitu seni gerak tari atau pencak silat dan jaipongan. Seni suara gamelan kendang dan gong, serta seni busana para pemainnya.

Para pemain sisingaan menampilkan gerak akrobat dan tarian yang atraktif. Berbagai gerakan ini membuat warga yang menyaksikan merasa terhibur. Semua atraksi akrobat ini dilakukan para pemain yang terlatih tanpa unsur magic. Sisingaan tetap bertahan sebagai seni pertunjukan rakyat Subang, Jawa Barat. Sisingaan tetap diminati karena atraksinya menarik dan menghibur.